Di Balik Layar: Sepak Terjang Asiang Games 1962 Untuk Asian Games 2018

Siapa sangka, berawal dari sebuah tulisan sederhana 5 tahun yang lalu, sebagai rasa bangga Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games tahun 2018, menjadikan saya sebagai peserta terpilih pemenang Writingthon Asian Games 2018 dan mendapat kesempatan ke Jakarta untuk melihat langsung pembukaan Asian Games 2018. Kompetisi Writingthon Asian Games 2018 adalah inisiasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dengan penerbit Bitread, untuk memeriahkan pergelaran Asian Games 2018 di Indonesia.

Bermula saat libur semester. Saya melakukan percakapan dengan kakak tingkat saya, Mas Ernanda Sofi, untuk menanyakan info perlombaan. Saat itu, Mas Sofi membagian sebuah poster kompetisi melalui WhatsApp. Sebuah poster ukuran kotak persegi, berisikan informasi mengenai kompetisi Writingthon yang merupakan pioneer dari Bitread Publishing. Tak kalah, dalam poster terlihat nominal total hadiah sebesar dua digit dengan ukuran yang sama dengan judul kompetisinya. Dengan tema "Aku Bangga Indonesia Menjadi Tuan Rumah Asian Games 2018", kompetisi tersebut diperuntukan untuk siswa/mahasiswa. 

Tentunya, karena waktu luang yang lama, kesempatan ini tidak akan disia-siakan terutama pada tahun 2018, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games setelah sebelumnya menjadi tuan rumah Asian Games tahun 1962. Awal yang saya lakukan adalah mengumpulkan ide terkait apa yang akan saya tulis, kemudian mencari refrensi mengenai Asian Games.

Waktu untuk mengerjakan tulisan ini terbilang cukup lama. Memang mungkin beberapa orang ada yang dapat mengerjakan dengan cepat, namun bagiku tantangan untuk menulis adalah mood. Terlihat sepele, namun jika mood kurang bagus, maka akan cepat capek dan pikiran akan kacau. Saat mood sedang bagus, maka akan mengerjakan sesuatu akan sangat santai, fokus dan menikmati setiap tulisan, bahkan kadang sampai lupa waktu.

Draft pertama, sudah selesai dan sudah untuk dikirimkan. Waktu pengerjaan adalah 2 minggu. Namun, setelah saya baca lagi, terdapat bagian yang saya rasa kurang pas pada bagian judulnya, struktur kalimat dan korelasi antara judul dan isi. Hari berikutnya, saya langsung membuka laptop untuk mengganti judul dari yang "Pengorbanan untuk Asian Games 2018" menjadi "Sepak terjang Asian Games 1962 untuk Asian Games 2018". Ide judul ini saya dapat ketika sedang menonton liputan bola di Youtube. Sempat ada takut jika harus mengirimkan lagi, karena lomba atau kompetisi karya tulis pada umumnya hanya dapat mengirimkan satu karya. Namun, setelah saya baca mengenai persyaratan dan ketentuan kompetisi, tidak ada ketentuan tersebut dan saya lanjutkan untuk memperbaiki tulisan.

Tulisan saya mengangkat mengenai sejarah Asian Games 1962. Singkatnya, saat masa kepemimpinan presiden Ir. Soekarno. Pada 1962, terdapat pembagunan besar-besaran untuk menyambut Asian Games 1962, seperti pembangunan Hotel Indonesia, Stadion Gelora Bung Karno, pembagunan Jalan Thamrin dan Jalan Gatot Subroto. Dengan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games 1962, olahraga merupakan salah satu alat perjuangan bangsa. Dengan berkiprahnya Indonesia di dunia olah tubuh, Indonesia akan mampu berbicara kepada dunia. Indonesia menunjukan semangatnya dan tidak lemah, karena terbukti dapat membangun stadion di Senayan, Stadion Gelora Bung Karno yang dibangung megah dan tepat waktu.  Adapun kutipan dari Soekarno yang sering muncul

Asian Games bukan hanya olahraga, melainkan membangun satu nation, National Building Indonesia

Tulisan dilanjutkan dengan Asian Games 2018, Indonesia menjadi tuan rumah yang kedua kalinya sejak 1962. Indonesia kembali berbenah dengan memperbaiki fasilitas sesuai standar internasional di berbagai cabang olahraga. Seperti renovasi Stadion Gelora Bung Karno pada bagian kursi penonton dan lampu yang telah menggunakan teknologi canggih mengikuti perkembangan zaman. Momen Asian Games 2018 juga dimanfaatkan sebagai ajang promosi pariwisata, ekonomi, keragaman budaya Indonesia. Dari Asian Games 1962, merupakan sebuah cerminan semangat pantang menyerah dan menunjukan kehebatan bangsa Indonesia tingkat Asia. Indonesia dibuat kagum, karena dapat membuat insfrastruktur tepat pada waktunya.

Dengan deadline pengumpulan yang semakin dekat, saya putuskan selama 2 hari berada di kamar untuk menyelesaikan tulisan. Saya tambahkan beberapa ilustrasi gambar yang saya ambil dari beberapa sumber dan saya cantumkan di deskripsi dan pada bagian paling bawah atau footnote. menjelang hari terakhir pengumpulan tulisan tiba, saya langsung bergegas mengirimkan karya melalui link formulir, berserta syarat seperti membagikan karya melalui Facebook pribadi. Setelah selesai menyelesaikan persyaratan, ada pengumuman dari akun Instagram resmi Bitread, pengumpulan karya diperpanjang hingga 25 Juli 2018. Saya berfikir, jika timeline pengumuman juga akan mundur dari jadwal sebelumnya.

30 Juli 2018, adalah hari pengumuman Writingthon untuk kategori pelajar/mahasiswa, rasa deg-degan melanda mulai dari pagi. Panjatan do'a tak berhenti selama menjalankan sembahyang. Teringat do'a dari salah satu kakak tingkat di organisasi riset dan karya ilmiah kampus, Mas Dikau. Kata tersebut, muncul saat beliau menjadi pemateri untuk kelas ilmiah di kampus.

Ya tuhan, tolong jadikan setiap kemenangan lomba adalah hal yang biasa bagiku

Do'a itu yang saya panjatkan saat menjelang pengumuman pemenang di akun Instagram Bitread. Siang menjadi senja, pengumuman lomba tak kunjung tiba. Saat setelah maghrib, ibu saya mengajak saya untuk beli makanan. Saat tiba di warung, tidak henti-hentinya saya selalu memegang hp dan membuka akun bitread untuk pengumuman pemenang kompetisi. Sekitar 20 menit di warung, pengumuman tidak kunjung diumumkan, hingga akhirnya saya dan ibu tiba di rumah. Saya segera menuju kamar, membuka kamar dan duduk di kasur. Sementara ibu ke dapur untuk menaruh makanan dan mempersiapkan makan malam. Kemudian saya membuka handphone dan membuka Instagram. Penantian panjang akhirnya datang, pengumuman lomba telah dibagikan menjadi semakin deg-degan lemas untuk melihat pemenang lomba.

Sambil meminta maaf atas keterlambatan pengumuman pemenang kompetisi, admin akun Instagram Bitread mengarahkan ke sebuah website untuk melihat daftar pemenang. Setelah saya ikutin dan melihat daftar pemenang, alangkah terkejutnya dengan nama saya yang masuk ke dalam daftar pemenang. Bertapa senangnya, dan bukan main karena dapat kesempatan untuk melihat langsung pembukaan Asian Games 2018 di Jakarta. Langsung bergegas ke luar kamar dan memberitahukan orangtua atas berita gembira ini. Orangtua yang awalnya tidak paham karena tidak tahu anaknya ikut kompetisi ini, setelah dijelaskan oleh anaknya, menjadi ikut senang atas kemenangan ini.

Selanjutnya adalah konfirmasi kepada panitia untuk kehadiran beserta mengumpulkan berkas admin, seperti KTP, KTM, alamat rumah dan data bandara/stasiun terdekat untuk selanjutnya didata dan dibelikan tiket akomodasi untuk mengikuti karantina di Jakarta mulai tanggal 15 Agustus 2018. Kemudian, saya mendapat undangan grup Whatsapp yang berisikan panitia dan peserta lainnya, dengan tujuan memudahkan untuk saling berkordinasi selama kegiatan berlangsung.