Sambal Gammi Mami Goes to Wonderful Bromo 2022 (Part 1)

Berada dan tinggal di kota yang dikelilingi oleh pegunungan menjadi anugerah tersendiri. Malang merupakan salah satu tujuan wisata yang berada di Jawa Timur. Jadi jangan heran, jika di Malang setiap libur sekolah atau weekend, terjadi penumpukan kendaraan yang paling banyak hendak ke Kota Batu, sisanya menginap di Hotel yang ada di Malang atau kulineran di Kota Malang. Selain, karena padatnya wisatawan yang berlibur, Malang juga dipadatin dengan mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Berbagai universitas yang namanya tidak asing di kalangan siswa sekolah, seperti Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), dan Politeknik Negeri Malang (Polinema). Bayangin, semisal universitas yang telah disebutkan, menggelar wisuda secara serempak? Apalagi jarak antar universitas tidak begitu berjauhan, kecuali UMM yang letaknya perbatasan dengan Kabupaten Malang, arahnya menuju Kota Batu. Jadi jaraknya jauh dari 3 universitas. 

Desember 2022, adalah bulan terakhir kegiatan wirausaha kampus nasional yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan beberapa kampus penyelenggara. Kegiatan ini sudah diselenggarakan selama 3 bulan. Mulai dari pendaftaran, pengumpulan administrasi, sosialisasi, kelas dan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan petunjuk dan arahan. Kegiatan ini memang yang pertama kali diselenggarakan secara serentak, jadi bisa dimaklumi terdapat kegiatan yang kurang sesuai atau tidak sama dengan yang telah disampaikan pada saat sosialisasi.

Kegiatan wirausaha ini diikuti oleh berbagai mahasiswa nasional. Mahasiswa dapat memilih mau mengikuti kegiatan wirausaha di berbagai universitas penyelenggara wirausaha nasional. Saat sosialisasi, terdapat 5 kampus yang mempromosikan kegiatan wirausaha kampus, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Riau, Universitas Ciputra Surabaya dan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan sosialisasi, untuk menarik mahasiswa untuk mendaftar dan belajar wirausaha di program wirausaha masing-masing kampus. Katanya sih, makin banyak mahasiswa mendaftar artinya semakin bagus.

Untuk kegiatannya sendiri dilakukan secara daring, luring atau mix metode. Mahasiswa secara bebas memilih, sesuai dengan kondisi saat ini. Maksudnya, jika mahasiswa memilih kegiatan luring, maka kegiatan akan dilakukan di universitas penyelenggara. Jika memilih daring karena tidak bisa datang ke lokasi kampus, maka kegiatan dilakukan dengan Zoom atau YouTube dengan catatan mengisi absen yang mengharuskan mengirim screenshot saat kegiatan berlangsung sebagai bukti kehadiran. Tidak hanya itu, diharuskan mengisi logbook yang berisikan kehadiran, rangkuman materi dan kegiatan yang dilakukan setelah pembelajaran selesai.

Tiga minggu pertama adalah pembelajaran yang lebih ke materi beserta mengerjakan tugas-tugas seperti quiz dan tugas per-chapternya. Setelah itu, dapat instruksi untuk membuat kelompok. Pada awalnya pembagian kelompok dilakukan oleh panitia, namun untuk fleksibilitas dan efisiensi waktu, pada akhirnya diputuskan untuk memilih sendiri terlebih dahulu. Untuk mencari kelompok, menurut pendapat saya adalah susah-gampang-susah. Susah, karena pesertanya dari berbagai universitas di Indonesia, sehingga kebanyakan tidak kenal. Gampang, karena kebanyakan ada yang nawarin buat gabung ke kelompoknya. Jadi tinggal pilih saja. Kebetulan, saat mencari terdapat seseorang yang mencari anggota kelompok yang tinggal di daerah sekitar Kaltim. Akhirnya, saya inisiatif untuk menghubungi orang tersebut dan kebetulan slotnya tinggal satu.

Kelompok saya terdiri dari 5 orang, dari universitas yang berbeda dan daerahnya yang berbeda, namun mayoritas dari kelas yang sama. Nugroho (Balikpapan), Dlomiri (Surabaya), Yudo (Sulawesi) dan Fera (Papua) adalah nama-nama kelompok yang berasal dari kelas C1, sementara saya sendiri dari C9. Kami akan bersama selama kegiatan berlangsung. Kelompok kami mengusung ide bisnis makanan daerah dari pengembangan ide saya. Kelompok kami mengangkat sambal daerah yang terkenal di Kota Bontang, yaitu Sambal Gammi. Pada akhirnya, kami menamakan kelompok kami adalah Sambal Gammi Mami. kenapa ada 'Mami'nya? Karena warung makan, tempat terkenalnya Sambal Gammi adalah perempuan, seorang ibu-ibu.

3 bulan berlalu dan pada akhir November diadakan farewell party sebagai penanda bahwa kegiatan selesai dilaksanakan. Sebelum, semua pamitan, salah satu anggota kelompok mengajak untuk jalan-jalan sebelum pulang. Bromo yang dipilih, karena salah satu anggota kelompok memiliki sebuah "firasat" yang tidak bisa dijelaskan. Alasan kami setuju dan Gunung Bromo dipilih menjadi destinasi tujuan, karena Gunung Bromo terkenal dengan pemandangannya, apalagi pada saat sunrise dan laut pasirnya. Akhirnya, beberapa anggota kelompok, setuju untuk memilih Bromo.

Rencana awal adalah pada bulan November, kemudian berubah karena kegiatan yang padat. Dipilih pada tanggal 6 Desember, dan lagi-lagi dipilih oleh salah satu anggota kelompok yang memilih "firasat", semua anggota kelompok setuju atas keputusan tersebut. Keputusan kami untuk memilih ke Bromo tanggal 6 Desember, hampir batal karena Gunung Semeru mengeluarkan erupsi pada 2 hari sebelumnya. Jarak Gunung Semeru dengan Gunung Bromo berdekatan. Kalo kita melihat di foto di Internet, seperti Google atau media sosial, tnggi Gunung Bromo terlihat lebih pendek ketimbang Gunung Batok yang berada di depannya dan kadang Gunung Bromo ketutup awan kabut. Sementara Gunung Semeru terlihat menjulang paling tinggi, tepat di belakang Gunung Bromo.

Kelompok kami akhirnya sepakat untuk tetap pergi ke Gunung Bromo, di tengah rasa khawatir dengan erupsi Gunung Semeru. Walau pergi tanggal 6 Desember, namun kami harus bersiap pada tanggal 5 Desember, tepat malam harinya, karena kami berangkat 6 Desember tepat jam satu tepat tengah malam. Kelompok sepakat untuk stay dan kumpul di satu tempat, yaitu kos Nugroho. Saya saat itu berangkat dari rumah mbah dan orangtua yang berada di sekitar Blitar - Tulungagung. Berangkat dari jam  5 sore, menggunakan kereta api lokal, KA Dhoho-Penataran dengan tujuan Surabaya lewat Malang. Perjalanan ditempuh sekitar 3 jam perlajanan.

Tiba di Stasiun Malang Kota Baru jam 8 malam, melanjutkan perjalanan dengan mengunakan ojek online ke kos Nugroho, sekitar 10 menit. Titik kos Nugroho telah dibagikan melalui Whatsapp grup dengan patokan sebuah rumah makan di sebuah gang. Setelah tiba di lokasi, kemudian saya menghubungi teman-teman anggota kelompok untuk petunjuk selanjutnya. Sambil menunggu kabar, saya membeli minuman di rumah makan tersebut. Akhirnya, ada yang mengabari jika ada anggota kelompok menunggu di depan rumah dan ternyata letaknya tepat disamping rumah makan. Dlomiri adalah anggota kelompok yang pertama kali ditemui, kemudian bertemu dengan Nugroho yang saat itu sedang ote-ote, seperti habis mandi.

Sambil menunggu jam penjemputan, kami semua duduk disebuah sofa yang terletak di ruang tamu. Suasana kos, benar-benar sepi banget. Hanya tinggal Nugroho dan mbah pemilik kosan yang menghabiskan waktu di kamar. Nugroho saat itu sedang ada rapat organisasi di kampusnya. Laptopnya ditaruh di atas meja, sementara Nugroho duduk di sofa tunggal. Walau sibuk masing-masing, tetapi kami tetap ngobrol dengan bahasan suasana di Kota Malang, kegiatan kewirausahaan hingga selesai dan pesan-kesannya. Yudo, salah satu anggota kelompok, sudah pulang ke daerahnya pada awal bulan setelah farewell party. Sementara Fera, memang dari awal berada ditempat asal di Papua dan tidak ada rencana untuk ke Malang. Sehingga anggota kelompok yang berangkat ke Bromo adalah saya, Dlomiri dan Nugroho.

Obrolan dimulai dari yang ringan hingga ke yang berat. Obrolan yang berat adalah rancangan dana wirausaha agar ide wirausaha tetap jalan. Diperkirakan, kelompok kami akan mendapat dana Rp 5 juta. Namun harus membuat Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dengan deadline yang mepet. Obrolan kami saat ini mempertanyakan, bagaimana caranya untuk mendapat dana tersebut semetara kelompok telah melakukan pembelian, namun lupa untuk menyimpan nota pembelian. Akhirnya, kami ada ide dengan rencana meminta nota dari warung atau mencari nota ditempat lain. Melampirkan nota adalah salah satu syarat wajib dan harus dilampirkan di LPJ.

Suara HP berdering, agen tour Bromo menginfokan jam penjemputan dan titik penjemputannya. Nugroho adalah orang yang memiliki ide ke Bromo, menjawab mengenai titik penjemputan kosnya dengan menunggu di gerbang kosnya. Di karenakan gang kosan sempit, maka kami sepakat untuk berjalan menuju di depan gerbang. Kami sempatkan berbaring atau tidur-tiduran dari jam 11 malam dan bangun jam 12 malam untuk bersiap. Memang saat itu sulit untuk tidur dengan jam kepepet. Walau dengan usaha menutup mata, namun tetap sulit untuk tertidur, karena jantung berdebar karena sangking excited untuk ke Bromo yang ketiga kalinya.

Suara HP berdering kembali. Driver yang menjemput kami menginfokan sebentar lagi akan sampai. Kami langsung bergegas untuk menuju gerbang gang. Suasana malam saat itu cukup dingin, namun tidak se-dingin pada musim mahasiswa baru atau pada musim liburan tertentu. Sesampainya depan gerbang gang, saya melihat suasana jalan lumayan sepi. Hanya ada segelintir kendaraan yang berlalu-lalang, ditambah cafe sekitar yang masih dibuka dan terdapat segelintir motor yang terparkir di depannya. Saya juga melihat pedagang nasi goreng yang tepat di depan gerbang gang, sedang menunggu pembeli sambil bermain handphone dan sesekali melihat jalan sambil menghisap sebatang rokok.

HP kembali berdering, kembali dari driver yang akan menjemput kami di gerbang. Driver tersebut memberi kabar sedang tidak jauh dari tempat kami. Driver memberi info mengenai warna mobil yang akan menjemput kami, mobilnya berwarna hitam. Sampai akhirnya, kami melihat mobil dari kejauhan. mobil Toyota Cayla berwarna hitam menepi dan berhenti didepan kami. Kami langsung bergegas masuk ke dalam mobil. Nugroho berada di kursi paling depan, sementara Dlomiri dengan saya duduk di bangku tengah mobil.

Setelah kami masuk, driver sesekali memberikan info mengenai Bromo, arahan perjalanan kami kemudian memberi info, jika nanti masih ada satu kelompok lagi yang ikut dalam satu mobil. Tiba akhirnya berada di titik lokasi penjemputan satu kelompok lain, berada di sebuah hotel di Malang. Kami semua menunggu 30 menitan, sampai akhirnya terlihat bahwa satu kelompok tersebut hanya terdiri dari 2 orang perempuan. Mereka turun menggunakan lift hotel dan berjalan menuju mobil. Driver meminta saya dan Dlomiri untuk pindah ke kursi paling belakang. Sementara kedua perempuan tadi, duduk di kursi bagian tengah. Sekedar info, tour Bromo yang kami pilih bukan yang private. Dikarenakan kami kurang dari 6 orang, akhirnya kami memilih paket per-orang membayar Rp 300 ribu. Paket tersebut sudah include dokumentasi. Jadi, agar tetap 6 orang, maka dicampur dengan orang lain.

Sebelum ke Bromo, kami akan berhenti disebuah Jeep Camp, sekaligus untuk briefing untuk perjalanan selama di Bromo. Selama perjalanan, kami berkenalan satu sama lain. Ternyata dua orang perempuan tersebut datang dari Bandung, Jawa Barat. Sayangnya kami tidak memperkenalkan nama, sehingga kami tidak mengetahui nama satu sama lain. Dua orang teteh, selama perjalanan mereka menjelaskan kenapa tadi agak lama. Ternyata, mereka salah setting alarm, sehingga mereka telat bangun dan bersiap. Kedua tetah tadi menyetel jam pada jam 6 pagi. Entah bagaimana bisa seperti itu, perkataan kedua mbak tadi mengundang gelak tawa satu mobil.

Kedua teteh juga menanyakan asal kami, mereka terheran karena memang kami semua bukan dari Malang asli. Kedua teteh juga menanyakan mengenai jalan-jalan yang dilewatin. Salah satu teteh ternyata memiliki saudara di sekitaran Jawa Timur, namun tidak dijelaskan nama daerahnya. Selama perjalanan menuju camp, kedua perempuan lebih banyak bercengkrama membuat suasana di dalam mobil menjadi tidak terlalu sepi. Namun, sisanya hening karena pada tidur. Perjalanan menuju camp ditempuh 30 menit. Sayangnya, saya tidak dapat mengigat jalan dikarenakan gelap sejauh mata memandang.

Setibanya di camp, kami melihat ada sekitar 4 Jeep sudah stand-by di parkiran. Kami semua turun dari mobil menuju gubuk yang berapa di pojok depan camp. Kami diberi waktu untuk ke kamar mandi dan dilanjut untuk melunasi biaya perjalanan, yaitu Rp 250 ribu. Sebelumnya kamu juga sudah membayar diawal atau DP pemesanan Rp 50 ribu. Saya juga memanfaatkan waktu luang sebelum briefing dimulai untuk mengisi daya baterai handphone. Pada akhirnya waktu briefing dimulai. Briefing dimulai dari timeline, hal-hal yang dihindari selama di Bromo dan pembagian Jeep

Kelompok kami kebagian Jeep berwarna hijau terang. Total ada 10 orang peserta yang berada di satu jeep dengan kami. Konfigurasi di dalam mobil jeep adalah 2 orang di depan, disamping driver, dan 8 orang berada di belakang dengan kursi saling berhadapan mirip angkot. Saya dan teman-teman saya berada di belakang. Visibilitas atau pandangan ada di kaca depan dan belakang, sehingga harus menengokan kepala ke samping. Tujuan kami adalah sebuah penanjakan, berangkat sekitar pukul 2:00 WIB. Perjalanan menuju penanjakan kurang lebih 1 jam 30 menit.

== Bersambung ==